Sejarah bahasa indonesia : Bahasa
Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari berbagai
pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah
darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia,
dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini
dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan
pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa
Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya
sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai
bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang
Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954
di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak
zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan
hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia
Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya
prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo
berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka
Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan
huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya
dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan
prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun
942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai
sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa
Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan
sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun
sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar
Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing,
yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di
Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen
(I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089).
Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan
dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua
franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak
makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis,
seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M,
maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri,
Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara
bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu
mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau,
antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu
tidak mengenal tingkat tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah
Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa
Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya
dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari
berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab,
dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam
berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara
mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa
Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan
bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang
menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28
Oktober 1928).
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan
bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan,
persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17
Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh
berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Jenis-jenis gaya bahasa indonesia
Poerwadarminta dalam Widyamartaya (1995: 53)
menerangkan bahwa gaya umum itu dapat ditambah , diperbesar dengan salah satu
cara. Tiap cara atau proses ini akan menghasilkan sejemlah corak dengan
nama-nama khususnya. Panorama selayang pandang tentang gaya bahasa dapat
dirinci dengan memperbesar daya tenaganya terhadap gaya umum dengan cara-cara
mengadakan:
1. Perbandingan; 2. Pertentangan; 3. Pertukaran; 4.
Perulangan; 5. Perurutan.
Gaya bahasa ialah cara penyair menggunakan bahsa untuk
menimbulkan kesan-kesan tertentu. Gaya digunakan untuk melahirkan keindahan (http://esastra.com/kurusu/kepenyairan.htm#Modul 11).
Hal itu terjadi karena dalam karya sastralah ia paling sering dijumpai, sebagai
wujud eksplorasi dan kreativitas sastrawan-sastrawati dalam berekspresi.
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiranmelalui
bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis/pemakai
bahasa (Gorys Keraf, 2002: 113). Suatu penciptaan puisi, juga bentuk-bentuk
tulisan yang lain, misalnya cerpen, novel, naskah drama (Wacana sastra) sangat
membutuhkan penguasaan gaya bahasa, agar puisi yang dihasilkan nanti lebih
menarik, indah, dan berkualitas.
Pembicaraan tentang gaya bahasa sangatlah luas. Gorys
Keraf (2002: xi-xii) membagi persoalan gaya bahasa, yakni:
Pengertian, sendi, jenis-jenis gaya bahasa
1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
a. Gaya bahasa resmi
b. Gaya bahasa tak resmi
c. Gaya bahasa percakapan
2. Gaya bahasa berdasarkan nada:
a. Gaya sederhana
b. Gaya mulia dan bertenaga
c. Gaya menengah.
2. Gaya bahasa berdarkan struktur kalimat
a. Klimaks
b. Antiklimaks
c. Paralelisme
d. Antitesis
Repetisi
3. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
a. Gaya bahasa retorika terdiri dari:
1) Aliterasi
2) Asonansi
3) Anastrof
4) Apofasis/preterisio
5) Apostrof
6) Asidenton
7) Polisindenton
8.) Kiasmus
9) Elipsis
10) Eufimismus
11) Litotes
12) Histeron proteron
13) Pleonasme dan tautologi
14) Perifrasis
15) Prolepsis/antisipasi
16) Erotesis/pertanyaan retoris
17) Silepsis dan Zeugma
18) Koreksio Epanotesis
19) Hiperbol
20) Paradoks
21) Oksimoton
b. Gaya bahasa kiasan
1. Persamaan/simile
2. Metafora
3. Alegori, Parabel dan Fabel
4. Personifikasi
5. Alusi
6. Eponim
7. Epitet
8. Sinekdoke
9. Metonimia
10. Antomonasia
11. Hipalase
12. Ironi
13. Satire
14. Iniendo
15. Antifrasis
16. Paronomasia
Uraian mengenai pengertian bermacam-macam gaya bahasa
tersebut dan contoh-contohnya bisa dibac dalam buku “Diksi dan Gaya Bahasa”
karya Gorys keraf, juga karya Henry Guntur Tarigan, Rahmat Joko Pradopo dan
dijumpai di segenap buku yang membicarakan gaya bahsa untuk SMP dan SMA/SMK.
Pengertian Masing-masing Jenis Gaya Bahasa dan Contoh
Pemakaiannya
Di bawah ini disampaikan pengertian dari jenis-jenis
gaya bahasa di atas yang dirumuskan secara bebas oleh peneliti berdasarkan pemahaman
yang penulis peroleh dari berbagai sumber:
1. Klimaks, yang disebut
juga gradasi, adalah gaya bahsa berupa ekspresi dan pernyataan dalam rincian
yang secara periodek makn lama makin meningkat, baik kuantitas, kualitas,
intensitas, nilainya.
Contoh:
Idealnya setiap anak Indonesia pernah menempuh
pendidikan formal di TK, SD, SMP, SMA/SMK, syukur S2, S3 sampai gelar Doktor
dan kalau mengajar di Perguruan Tinggi bergelar Profesor/Guru Besar pula.
b. Dalam apresiasi sastra, mula-mula kita hanya
membaca selayang pandang puisi yang akan kita apresiasi, lalu kita membaca
berulang-ulang sampai paham maksudnya, merasakan keindahannya, terus
mengkajidalami, bisa membawakannya penuh penghayatan, sampai kita mampu
menghargai keberadaan dan mencintainnya, syukur juga terpangil untuk kreatif
menciptakan bentuk-bentuk sastra.
2. Antiklimaks merupakan
antonim dari klimaks adalah gaya bahasa berupa kalimat terstruktur dan isinya
mengalami penurunan kualitas, kuantitas intensitas. Gaya bahasa ini di mulai
dari puncak makin lama makin ke bawah.
Contoh:
Bagi milyader bakhlil, jangankan menyumbang jutaan
rupiah, seratus ribu, lima puluh ribu, sepuluh ribu, seribu rupiah pun ia
enggan, masih dihitung-hitung.
b. Jauh sebelum memperoleh mendali emas dalam
Olimpiade Athena 2004 cabang bulutangkis, Taufik Hidayat niscaya telah menjadi
juara nasional dan sebelumnya juga tingkat propinsi, kabupaten, malahan pula
tingkat kecamatan, desa, RT/RW.
3. Paralelisme adalah gaya
bahasa berupa penyejajaran antara frase-frase yang menduduki fungsi yang sama.
Contoh: Kriminalitas dan kemaksiatan itu akan
menyengsarakan banyakmorang, membuat menderita kurban-kurbannya.
4. Antitesis adalah gaya
bahsa yang menghadirkasn kelompok-kelompok kata yang berlawanan maksudnya.
Contoh:
Kau yang berjani kau pula yang mengingkari
Kau yang mulai kau pula yang mangakhiri
Di timur matahari terbit dan di barat ia tengggelam
5. Repetisi adalah gaya
bahasa dengan jalan mengulanmg pengunaan kata atau kelompok kata tertentu.
Contoh:
·
Seumpama eidelwis akulah cinta abadi yang tidak akan
pernah layu
·
Seumpama merpati akulah kesetiaan yang tidak pernah
ingkar janji
·
Seumpama embun akulah kesejukan yang membasuh hati
yang lara
·
Seumpama samudra akulah kesabaran yang menampung keluh
kesah segala muara
6. Aliterasi adalah
gaya bahasa berupa perulangan bunyi konsonan.
Contoh:
·
Widyawan Wisik Wahyu Wastika suka menekuni
spiritualitas.
·
Sahabatku bernama Fajar Firman Firdaus Filosofi.
·
Jadilah jantan jujur jenius!
·
Nama mahasiswi itu Cici Cantika Cangggih Cendikiawati
7. Asonansi adalah
gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal
Contoh:
Gita Cinta dari SMA, lagu rindu dari SMU
Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu
8. Anastrof adalah
gaya bahasa berupa pembalikan susunan kalimat dari pola yang lazim, biasanya dari
subjek-predikat jadi predikat-subjek
Contoh:
Terlalu kecil anak itu untuk bekerja seberat itu
Berbahagialah wisudawan-wisudawati dalam perayaan yang
diadakan di kampus mereka.
9. Apofasis/preterisio adalah gaya bahasa yang dipakai oleh pengarang untuk menyampaikan
sesuatu yang megandung unsur kontradiksi, kelihatannya menolak tapi sebenarnya
menerima, kelihatannya memuji tapi sebenarnya mngejek, nampaknya membenarkan
tapi sebenarnya menyalahkan, kelihatannya merahasiakan tapi sebenarnya
membeberkan.
Contoh :
- Saya tidak ingin membongkar kesalahan masa silammu
bahwa dulu kamu pernah melakukan pemalsuan ijazah dan menjadi plagiator.
- Jangan repotrepot membawa sesuatu ke sini, tapi
tidak baik bukan kalau orang menolak rejeki?
10. Apostrof adalah gaya bahsa berupa pengalihan
pembicaraan kepada benda atau sesuatu yang tidak bisa berbicara kepada kita
terutama kepada tokoh yang tidak hadir atau sudah tiada, dengan tujuan lebih
menarik atau memberi nuansa lain.
Contoh:
- Wahai Nabi Suci yang kami cintai dan hormati, malam
ini kami berkumpul disini untuk melantunkan shalawat dan kasidah nan syahdu
untukmu, terimalah sayang, kekasihku.
- Hai burung-burung betapa merdu nyanyianmu, wahai
bunga-bunga betapa indah dan semerbak aromamu, wahai embun pagi, betapa jernih
berkilau kamu laksana butiran-butiran intan tertimpa hangat sinar surya.
11. Asidenton adalah gaya bahsa dengan jalan
menghadirkan kata/frasa yang berfungsi sama, berkedudukan sejajar tanpa
menggunakan kata penghubung hanya menggunakan koma.
Contoh:
Untuk menjadi insan kamil, kita harus punya imtak yang
prima, iptek yang andal, akhlak yang solid, amal salih yang semarak produktif
banyak berkarya, kreatif penuh cipta.
12. Polisidenton adalah gaya bahasa berupa penyampaian
sesuatu dengan menggunakan kata sambung secara berulang.
Contoh:
- Kepada bulan, kepada bintang-gemintang, kepada
langit biru, kepada malam yang syahdu, aku bertanya kepadamu adakah kau lihat
hamba-hamba Allah yang beriman bangun tengah malam untuk berdzikir, untuk
berdoa, untuk bersujud?
- Kita harus giat menuntut ilmu dari berbagai sumber
agar cerdas cendikia agar berwawasan luas agar bisa bnyak berkiprah agar tidak
ketinggalan zaman.
13. Kiasmus adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua klausa
yang berimabang namun dipertentangkan satu sama lain.
Contoh:
Sebenarnya mereka orang-orang yang sabar, namun
akhirnya berontak terhadap orang-orang yang terus mengencetnya.
14. Elipsis adaklah gaya bahasa berupa penyusunan
kalimat yang mengandung kata-kata yang sengaja dihilangkan yang sebenarnya bisa
diisi oleh pembaca/penyimak.
Contoh:
- Pembangunan mencakup dua hal yakni pembangunan
material dan …….,pembangunan lahiriah dan …….., pembangunan individual dan ……….
- Apa saja yang ada di dunia serta berpasangan ada
siang ada ………, ada baik ada…….., ada terang ada ………, ada pertemuan ada ……..,
roda berputar kadang di atas kadang …………
15. Eufemisme adalah gaya bahasa berupa pengungkapan
yang sifatnya menghaluskan supaya tidak menyinggung perasaan, tidak terasa
tajam.
Contoh:
-Karena melakukan sesuatu yang kurang pas, Pak Bandot
akhirnya dikenai pension dini.
(Terlibat skandal, korupsi, dipecat, di PHK)
-Anak itu tinggal kelas karena agak terlambat dalam
mengikuti pelajaran.
(Bodoh)
16. Litotes adalah gaya bahasa yang sifatnya
merendahkan diri, tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya namun tidak
punya maksud agar orang percaya dengan hal itu, pembicara/penyimak tahu apa
yang sebenarnya ia maksudkan.
Contoh:
-Kalau Anda tidak keberatan, mampirlah ke gubug kami
di Jalan Pemuda No. 100 Surakarta.
- Yogya-Solo terpaksa kita tempuh 2 jam karena kita
hanya naik gerobak.
17. Histeron Proteron adalah gaya bahasa berupa
penyusunan kalimat yang mengandung pembalikan dari logika yang wajar.
Contoh:
Silakan membaca terus sampai jadi kutu buku agar
kebodohanmu tidak berkurang, kepandaianmu tidak bertambah.
-Pegang teguhlah sifat jujur maka kamu bakal hancur,
bertindaklah adil maka justru kamu akan terpencil.
18. Tautologi adalah sarana retorika yang menyatakan
sesuatu secara berulang dengan kata-kata yang maknanya sama supaya diperoleh
pengertian yang lebih mendalam, misalnya:
Tak ada badai tak ada topan, tiba-tiba saja ia marah.
So pasti, buku-buku bermutu banyak memberikan manfaat
bagi pembacanya.
19. Pleonasme adalah sarana retorika semacam tautologi
dengan kata kedua yang sudah dijelaskan oleh kata pertama.
Contoh:
Silakan maju ke depan, setelah itu naik ke atas.
Hujan yang basah menyuburkan tanah-tanah rekah
20. Perifrasis adalah gaya bahasa sejenis pleonasme
yang merupakan keterangan berulang namun proporsinya lebih banyak daripada yang
sebenarnya.
Contoh:
Dengan sungguh terpaksa karena tak berdaya, tidak
punya kekuatan apa-apa tidak bisa berbuat dan melakukan sesuatu saya hanya diam
saja ketika kawanan perampokitu menggasak dan menguras ludes barang-barang
berharga di rumah sebelah.
21. Prolepsis/antisipasi adalah gaya bahasa berupa
kalimat yang diawali dengan kata-kata yang sebenarnya baru ada setelah suatu
peristiwa terjadi.
Contoh:
-Keluarga yang ditimpa kemalangan itu akhirnya
tercerai berai dan tewas entah di mana jenazah tersapu gelombang Tsunami hanyut
bersama rumah mereka.
-Pada tahun 571 Masehi di Mekah, lahirlah seorang Nabi
Besar bernama Muhammad S.A.W.
22. Erotesis/pertanyaan retoris adalah gaya bahasa
berupa pengajuan pertanyaan untuk memperoleh efek mengulang tanpa menghendaki
jawaban, karena jawabannya sudah tersirat di sana. Gaya bahasa ini acap
digunakan oleh para orator.
Contoh:
Biaya pendidikan di Perguruan Tinggi sangat mahal.
Bisakah rakyat kecil menyekolahkan anaknya sampai ke sana? Siapa yang bisa
berkuliah kalau bukan kaum berada?
23. Silepsis dan Zeugma adalah gaya bahasa berupa
konstruksi rapatan yang diikuti dengan kata-kata yang tidak sejenis atau tidak
relevan atau hanya tepat untuk salah satunya.
Contoh:
Saya menyukai musik dan ketulusan hati.
Bacalah buku yang bermutu dan nyanyian sentimental
yang mengalun itu.
24. Koreksio/Epanotesis adalah gaya bahasa berupa
pernyataan yang terkesan meyakinkan, namun disadari mengandung kesalahan. Atas
kesalahan itu lalu dilakukan pembetulan.
Contoh:
Sudah setengah abad kita merdeka, eh bukan, 60 tahun
malah, nah selama itu, kemajuan apasajakah yang sudah kita capai?
Dalam dunia sastra, kita mengenal Pelopor Angkatan ’45
yaitu Rendra, ah bukan, bukan Rendra, yang benar adalah Chairil Anwar.
25. Hiperbola adalah gaya bahasa berupa pernyataan
yang sengaja dibesar-besarkan dan dibuat berlebihan.
Contoh:
-Saya ucapkan beribu-rbu terima kasih atas perkenan
Bapak dan Ibu menghadiri undangan panitia.
- Bertemu kamu sayang, wahai sahabatku yang elok dan
indah, syahdu, hati berbunga-bunga sejuta rasanya terbang melayang di angkasa
bahagia.
26. Paradoks adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang
mengandung kontras/pertentangan, namun ternyata mengandung kebenaran.
Contoh:
-Betapa banyak orang yang dalam kesendiriannya merasa
kesepian di kota sehiruk-pikuk Jakarta.
-Sebagai dosen, terus terang, saya juga banyak belajar
dari mahasiswa-mahasiswi saya.
27. Oksimoran adalah gaya bahasa semacam paradoks yang
lebih singkat dan padat, mengandung kata-kata yang berlawanan arti alam frase
yang sama.
Contoh:
-Sang pemberang sangat khusuk menyembah Dewa Kemarahan
-Dia milyander miskin karena sangat pelitnya
-Penyair Emha pernah dijuluki Kyai Mbeling.
28. Persamaan/simile adalah bahasa kiasan berupa
pernyataan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata pembanding.
Contoh:
-Nyalakanlah semangat bagai dian nan tak kunjung padam
-Bersabarlah seperti samudra yang mampu menampug keluh
kesah segala muara.
29. Metafora adalah bahasa kiasan sejenis perbandingan
namun todak menggunakan kata pembanding. Di sini perbandingan dilakukan secara
langsung tanpa kata sejenis bagaikan, ibarat, laksana, dan semacamnya.
Contoh:
Kesabaran adalah bumi
Kesadaran adalah matahari
Keberanian menjelma kata-kata
Dan perjuangan adalah pelaksana kata-kata(sebuah bait
dalam puisi Rendra)
30. Alegori adalah kata kiasan berbentuk
lukisan/cerita kiasan, merupakan metafora yang dikembangkan.
Contoh:
Sanjak “Menuju Ke Laut” karya Sutan Takdir
Alisyahbana. Biasanya bersifat simbolis
31. Parabel (Parabola) adalah gaya bahasa berupa
cerita-cerita fiktif dengan tokoh manusia dengan tema moral yang kental.
Contoh:
Hikayat Kalilah dan Daminah
32. Fabel adalah metafora berbentuk cerita dengan
tokoh-tokoh binatang yang esensinya menggambarkan perilaku dan karakter
manusia.
Contoh:
Dongeng Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau dan
lain-lain.
33. Personifikasi/Penginsanan adalah gaya bahasa yang
mempersamakan benda-benda dengan manusia, punya sifat, kemampuan, pemikiran,
perasaan, seperti yang dimiliki dan dialami oleh manusia.
Contoh:
Angin bercakap-cakap sama daun-daun, bunga-bunga,
kabut dan titik embun.
-Indonesia menangis, duka nestapa Aceh memeluk erat
sanubari bangsaku.
34. Alusio adalah gaya bahasa yang menampilkan adanya
persamaan dari sesuatu yang dilukiskan yang sebagai referen sudah dikenal
pembaca.
Contoh:
Bandung dikenal sebagai Paris Jawa.
Bung Karno – Bung Karno kecil menunjukkan kebolehannya
dalam lomba pidato membawakan fragmen “Di Bawah bendera Revolusi”.
35. Eponim adalah gaya bahasa berupa penyebutan
nama-nama tertentu untuk menyatakan suatu sifat atau keberadaan.
Contoh:
-Perkenalkan, inilah Zidanenya kesebelasan kita.
\Silakan Aa Gym Ketua Rois kita menyampaikan kultum!
36. Epitet adalah gaya bahasa berupa frasa reskriptif
untuk menggantikan nama seseorang, binatang, atau suatu benda.
Contoh:
Raja siang bertahta di angkasa raya (=Matahari)
Sang raja sehari mendapatkan ucapan selamat dari
segenap rekan kerjanya. (=pengantin)
-Penyair si Burung Merak masih kreatif tampil membaca
puisi-puisinya pada usia menjelang 70 tahun. (=Rendra)
- Di kta ukir pembuatan mebel menjadi home industri
penduduk kota itu. (=Jepara)
37. Sinekdoke adalah bahasa kiasan dengan cara
menyebutkan sesuatu bisa sebagian untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto),
bisa pula sebaliknya keseluruhan digunakan untuk menyebut yang sebagian (totum
pro parte)
Contoh totum pro parte:
Dalam copa Amerika 2004, Brazil mengalahkan Argentina.
Karya-karya menjadi cindera mata bagi dunia
Contoh pars pro toto:
Korban gelombang Tsunami 26 Desember 2004 mencapai 100
jiwa lebih.
Dalam Idul Adha tahun ini, Masjid Al-Amin berkurban 6
ekor sapi 10 ekor kambing.
38. Metonemia adalah bahasa kiasan dalam bentuk
penggantian nama atas sesuatu.
Contoh:
Kita harus bersyukur tinggal di negeri Zamrud
Khatulistiwa yang elok permai ini
Panda banyak terdapat di negeri Tirai Bambu.
39. Antonomasia adalah gaya bahasa berupa
penyebutangelar resmi dan semacamnyauntuk menggantikan nama diri.
Contoh:
Megawati Soekarno Putrid an Meutia Hatta adalah
puteri-puteri Sang Proklamator yang aktif di budang pemerintahan.
Dalam penciptaan lagu dan pentas-pentasnya, Raja Dangdut
tidak pernah lupa menyisipkan pesan dakwah
40. Hipalase adalah gaya bahasa yang mengandung
pemakaian karta yang menerangkan kata yang bukan sebaharsnya.
Contoh:
Di hari yang berbahagia ini jangan lupamensyukuri
segenap nikmat karuna Allah.
Sudah lama mesjid Agung Baitur Rahman Banda Aceh
menungu-nunggu untaian dzikir dari K.H. Muhammad Arifin Ilham.
41. Ironi/sindiran adalah gaya bahasa berupa
penyampaian kata-kata denga berbeda dengan maksud dengan sesungguhnya, tapi
pembaca/pendengar, di harapkan memahami maksud penyampaian itu.
contoh:
Kuakui, kutu buku yang satu ini memang berpengetahuan
luas sekali.
42. Sinisme hakikatnya sama dengan ironi namun
biasanya lebih keras.
Contoh:
Tanpa belajar pun, kalau anak jenius seperti kamu
tentu bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan hasil memuaskan.
43. Sarkasme merupakan gaya bahasa berupa
pengucapan-pengucapan yang kasar, caci maki sebagai ekspresi, amarah yang
membuat yang terkena sakit hati.
Contoh:
Dasar otaku dang! Mana mungkinbisa kau kerjakan soal
itu!
44. Satire adalah gaya bahasa sejenis ironi yang
mengandung kritik atas kelemahan manusia agar terjadi kebaikan . tidak jarang
satire muncul dalam bentuk puisi yang mengandung kegetiran tapi ada kesadaran
untuk berbenah diri.
Contoh:
Aku lalai di pagi hari
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu miskin harta
(Bait II puisi “Menyesal” karya M. Ali Hasymi)
45. inuedo adalah gaya bahasa berupa sindiran dengan
cara mengecilkan kenyataan yang sesungguhnya, mengandung kritik tidak langsung.
Contoh:
Hanya dengan sedikit melakuan KKN, banyak pejabat
menjadi milyander.
Mobil yang dikemudikannya masuk jurang karena sebelum
berangkat sopir itu menegak segelas miras sampai sedikit mabuk.
46. Antifrasis adalah gaya bahasa sejenis iron dengan
menggunakan kata yang maknanya berlawanan dengan realita yang ada.
Contoh:
Dia dikenal jenius dikelas ini (padahal bodoh)
Alangkah abar dan penyayangnya majikan itu terhadap
pembantu-pembantunya yang selalu berganti-ganti karena tidak tahan. (pemarah
dan pelit)
47. Paronomasia adalah gaya bahasa dengan menggunakan
permainan kata-kata yang artinya sangat berlainan.
Contoh:
Ada gempa dahsyat, suasana genting. Genting-genting
rumah pun berjatuhan pecah berderai.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar